materi dasar dan pengenalan ip address
november 1
Pengenalan IP Address
Berikut akan saya jabarkan materi tentang dasar-dasar pengenalan ip address, dan pengertian ip address dan juga cara menghitung kelas pada ip address, sebelum melangkah jauh coba baca sampai bawah.
Pendahuluan
Dalam mendesain sebuah jaringan komputer yang terhubung ke internet, kita perlu menentukan IP address untuk tiap komputer dalam jaringan
tersebut. Penentuan IP address ini termasuk bagian terpenting dalam
pengambilan keputusan desain. Hal ini disebabkan oleh IP address (yang
terdiri atas bilangan 32-bit
ini) akan ditempatkan dalam header setiap paket data yang dikirim oleh
komputer ke komputer lain,serta akan digunakan untuk menentukan rute
yang harus dilalui oleh oleh paket data. Disamping itu sebuah sistem
komunikasi dikatakan mendukung layanan komunikasi universal jika setiap
komputer dapat berkomunikasi dengan setiap komputer yang lain. Untuk
membuat sistem komunikasi kita universal, kita menerapkan metode
pengalamatan komputer yang telah diterima diseluruh dunia.
Dengan menetukan IP address, kita melakukan pemberian identitas yang
universal bagi setiap interface komputer. Setiap komputer yang
tersambung ke internet setidaknya harus memiliki sebuah IP address pada
setiap interfacenya, misal ada sebuah card Ethernet dan sebuah interface serial..
Maka kita harus memberi dua IP address kepda komputer tersebut
masing-masing untuk setiap interfacenya. Jadi, sebuah IP address
sesungguhnya tidak merujuk ke sebuah komputer, tetapi ke sebuah
interface.
Konsep dasar pengalamatan di internet ialah awalan (prefix) pada IP
address dapat digunakan sebagai dasar pengambilan ke[pusan dalam
pemilihan rute paket data ke
alamat tujuan. Misalnya, 16 bit pertama menandakan jaringan PT Jaya, 20
bit pertama menandakan jaringan pada kantor Administrasi perusahaan yang
sama, 26 bit pertama menandakan segmen jaringan Ethernet pada kantor
tersebut, dan keseluruhan 32 bit menandakan interface komputer tertentu
pada jaringan Ethernet tersebut.
Dengan demikian, kesalahan dalam mendesain dapat menyebabkan sebuah
komputer dapat dicapai oleh sebuah IP address, tetapi tidak dapat
dicapai oleh IP address yang lain. Jalan keluar yang paling sederhana
adalah dengan memilih interface yang paling bagus dan mengumumkan IP
addressnya sebagai IP address primer komputer tersebut.
Format IP address
Bentuk biner
IP address merupakan bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda
pemisah berupa tanda titik setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut
sebagai oktet. Bentuk IP address adalah sebagai berikut.
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Setiap simbol “x” dapat digantikan oleh angka 0 dan I, misalnya sebagai berikut :
10000100.1011100.1111001.00000001
Bentuk dotted decimal
Notasi IP address dengan bilangan biner seperti diatas tidaklah mudah
dibaca. Untuk membuatnya lebih mudah dibaca dan ditulis, IP address
sering ditulis sebagai 4 bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan
oleh sebuah titik. Format penulisan seperti ini disebut “ dotted-decimal
notation” (notasi desimal bertitik). Setiap bilangan desimal tersebut
merupakan nilai dari satu oktet (delapan bit) IP address. Gambar berikut memperlihatkan bagaimana sebuah IP address yang ditulis dengan notasi dotted-decimal:
Kelas C
Karakteristik:
Format : 110nnnnn nnnnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh
3 bit pertama : 110
Panjang NetID : 24 bit
Panjang HostID : 8 bit
Byte pertama : 192-223
Kelas : 2.097.152 Kelas C
Ruang IP : 192.0.0.xxx sampai 223.255.255.xxx
Jumlah IP : 254 IP address pada tiap Kelas C
IP address kelas C awalnya digunakan untuk jaringan berukuran kecil
(misalnya LAN). Tiga bit pertama dari IP address kelas C selalu berisi
111. Bersama 21 bit berikutnya, angka ini membentuk network ID 24 bit.
Host-ID ialah 8 bit terakhir. Dengan konfigurasi ini, bisa dibentuk
sekitar dua juta network dengan masing-masing network memiliki 256 IP
address.
Pengalokasian IP Address
Pengalokasian IP address pada dasarnya ialah proses memilih network
ID dan host ID yang tepat untuk suatu jaringan. Tepat atau tidaknya
konfigurasi ini tergantung dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu
mengalokasikan IP address seefisien mungkin.
Aturan dasar pemilihan network ID dan host ID
Terdapat beberapa aturan dasar dalam menentukan network ID dan host ID yang hendak digunakan. Aturan tersebut ialah :
Network ID tidak boleh sama dengan 127
Network ID 127 tidak dapat digunakan karena ia secara default
digunakan untuk keperluan loopback. Loopback ialah IP address yang
digunakan komputer untuk menunjuk dirinya sendiri.
Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255 (seluruh bit di set 1)
Seluruh bit dari network ID dan host ID tidak boleh semunya di set 1.
Jika hal ini dilakukan, network ID atau host ID tersebut akan diartikan
sebagai alamat broadcast. ID broadcast merupakan alamat yang mewakili
seluruh anggota jaringan. Pengiriman paket ke alamat broadcast akan
menyebabkan paket ini didengarkan oleh seluruh anggotanetwork tersebut.
Network ID dan host ID tidak boleh 0 (nol)
Network ID dan host ID tidak boleh semua bitnya 0 (nol). IP address
dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat network. Alamat network ialah
alamat yang digunakan untuk menunjuk suatu jaringan, dan tidak
menunjukkan suatu host.
Host ID harus unik dalam satu network
Dalam satu network, tidak boleh ada dua host yang memiliki host ID yang sama.
Contoh 1 : Pengalokasian IP Address
Asumsikan kita diberi hak mengelola 3 IP address kelas C
202.46.1.xxx, 202.46.2.xxx dan 202.46.3.xxx. Sedangkan jaringan yang
kita miliki ialah sebagai berikut:
Menentukan network ID
Network ID digunakan untuk menunjukkan host TCP/IP yang terletak pada
network yang sama. Semua host pada satu jaringan harus memiliki network
ID yang sama. Jika antara network dihubungkan oleh roter, network ID
tambahan dibutuhkan untuk hubungan antar router tersebut.
Pada gambar , terdapat tiga jaringan, yaitu jaringan A,B dan C.
Jarinagan C merupakan penghubung antar jaringan A dan B. Masing- masing
jaringan ini diberi network ID 202.46.1.xxx, 202.46.2.xxx, dan
202.46.3.xxx
Menetukan host ID
Host ID digunakan untuk mengidentifikasi suatu host dalam jaringan. Setiap interface harus memiliki host ID yang unik.
Untuk masing-masing kelas IP address, didefinisikan host ID sebagai berikut
Daftar host ID
Kelas IP Address
|
Awal
|
Akhir
|
A
|
xxx.0.0.1
|
xxx.255.255.254
|
B
|
xxx.xxx.0.1
|
xxx.xxx.255.254
|
C
|
xxx.xxx.xxx.1
|
xxx.xxx.xxx.254
|
Tabel di atas menunjukkan host ID awal untuk IP address kelas A
adalah 0.0.1 dan bukan 0.0.0. Host ID 0.0.0 ini digunakan untuk
keperluan alamat network. Sebagai contoh, IP address 12.0.0.0 tidaklah
menunjukkan host 0.0.0 pada jaringan 12, namun menunjukkan network 12/8
itu sendiri. Dengan kata lain, IP 12.0.0.0 digunakan sebagai alamat
network.
Pada tabel diatas juga ditunjukkan bahwa host ID terakhir pada suatu
network kelas C ialah 254. Host ID 255 digunakan sebagai alamat
broadcast. Jika suatu paket IP dikirimkan ke alamat ini, seluruh host
dalam satu jaringan akan mendengarkan paket tersebut.
Berdasarkan daftar diatas pula, untuk kelas C, host ID yang boleh
dialokasikan adalah 1 hingga 254. Oleh karenanya masing-masing anggota
jaringan kelas C pada gambar diatas diharuskan memilih salah satu dari
254 host ID di atas. Hasilnya terlihat pada gambar berikut.
Subnetting
Setiap organisasi yang terhubung ke Internet memperoleh sebuah network ID dari internic (http://www.internic.net). Network ID ini memiliki ukuran bermacam-macam, mulai dari kelas A, B, hingga kelas C.
Network ID dengan dengan ukuran tertentu ini jarang sekali langsung
digunakan untuk membentuk satu jaringan. Biasanya sebuah organisasi
memiliki lebih dari satu jaringan/LAN, yang masing-masing jumlah hostnya
tidak sebesar jumlah maksimal host yang disediakan oleh satu kelas IP
address.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan sebuah organisasi memerlukan
lebih dari satu LAN agar dapat mencakup seluruh organisasi, yaitu:
Teknologi yang berbeda: khususnya dalam sebuah lingkungan riset, yang
tewrdapat beberapa LAN karena terdapat peralatan yang harus didukung
oleh Ethernet, dan yang lain oleh jaringan token-ring.
Keterbatasan teknologi: sebagian besar teknologi LAN memiliki batas
kemampuan berdasarkan pada parameter elektrikal, jumlah host yang
terhubung, dan panjang total dari kabel. Batas ini paling sering dicapai
oleh faktor panjang kabel.
Kongesti pada jarinagn : Sebuah LAN dengan 254 Host misalnya akan
memiliki performasi yang kurang baik, dibandingkan dengan LAN berukuran
kecil, jika teknologi yang digunakan ialah ethernet. Sekian banyak host
yang menggunakan satu media bersama-sama untuk berbicara satu dengan
lainnya akan membuat kesempatan akses masing-masing host terhadap
jaringan menjadi kecil. Selain itu dalam sebuah LAN mungkin terdapat
beberapa host yang memonopoli penggunaan bandwidth. Jalan keluar yang
paling umum adalah memisahkannya kedalam sebuah kelompok kecil dan
menempatkannya pada kabel yang terpisah.
Hubungan point-to-point: karena jauhnya dua dua lokasi sebuah kampus,
maka diperlukan teknologi LAN tertentu yang dapat mencakup “lokal area”
ini. Biasanya digunakanlah hubungan point-to-point berkecepatan tinggi
untuk menghubungkan beberapa LAN tersebut.
Karena alasan alasan di atas, network ID yang dimiliki oleh suatu
organisasi dipecah lagi menjadi beberapa network ID lain dengan jumlah
anggota jaringan yang lebih kecil. Teknik ini dinamakan subnetting dan
jaringannya dinamakan subnet (subnetwork)
Subnetmask
Subnetmask ialah angka biner 32 bit yang digunakan untuk:
Membedakan network ID dan host ID
Menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.
Tabel subnet mask untuk tiap kelas IP address
|
Kelas A 11111111 . 00000000 . 00000000
. 00000000 255.0.0.0Kelas B 11111111 . 11111111 .
00000000 . 00000000 255.255.0.0Kelas C 11111111 .
11111111 . 11111111 . 00000000 255.255.255.0
|
Pada subnet mask, seluruh bit yang berhubungan dengan network ID di
set 1. Sedangkan bit yang berhubungan dengan host-ID di set 0. IP
address kelas A misalnya, secara default memiliki subnet mask 255.0.0.0
yang menunjukkan batas antara network-ID dan host-ID IP address kelas A
Subnet mask juga digunakan untuk menentukan letak suatu host, apakah
di jarinagan lokal, atau di jaringan luar. Hal ini diperlukan untuk
operasi pengiriman paket IP. Dengan melakukan opearasi AND antara subnet
mask dengan IP address asal dan IP address tujuan, serta membandingkan
hasilnya, dapat diketahuai arah tujuan paket IP tersebut. Jika kedua
hasil operasi tersebut sama, maka host tujuan terletak di jaringan
lokal, dan paket IP dikirim langsung ke host tujuan. Jika hasilnya
berbeda, host tujuan terletak di luar jaringan lokal, sehingga paketpun
dikirim ke default router.
Dalam subnetting, proses yang dilakukan ialah memakai sebagian bit
host ID untuk membentuk subnet-ID. Dengan demikian jumlah bit yang
digunakan untuk host-ID menjadi lebih sedikit. Semakin panjang
subnet-ID, jumlah subnet yang dapat dibentuk semakin banyak, namun
jumlah dalam tiap subnet menjadi semakin sedikit. Hal ini ditunjukkan
pada gambar berikut
Network-ID
|
Host-ID
|
|
|
|
Network-ID
|
Subnet-ID
|
Host-ID
|
Extended. Network. prefix
Gambar Subnet-ID
Dengan adanya subnet-ID ini, network prefix tidak lagi sama dengan
network ID.Net prefix yang baru ialah network ID ditambah subnet-ID.
Untuk membedakannya dengan network prefix lama, digunakan istilah
extended network prefix.
Sebagai contoh, IP address kelas B 132.92.121.1 secara default
memiliki subnet mask 255.255.0.0. Dengan subnet mask ini, IP address di
atas berarti host nomor 121.1 pada network 132.92/16.
Jika alokasi kelas B 132.92.xxx.xxx ini ingin dibagi-bagi untuk
digunakan pada jaringan jaringan kecil, subnet mask yang digunakan harus
diubah.
Misalnya kita ingin membagi alokasi kelas B di atas menjadi jaringan
kecil kelas C (254 host ID). Cara menentukan subnet masknya ialah
Mengubah jumlah network yang dibutuhkan menjadi bilangan biner. Satu
network kelas B dapat diubah menjadi
Menghitung jumlah bit yang dibutuhkan untuk merepresentasikan angka
tersebut. Untuk merepresentasikan angka 255 dalam biner dibutuhkan 8
bit. Bit sebanyak inilah yang dibutuhkan oleh subnet-ID. Jumlah bit host
ID sekarang ialah jumlah bit host ID yang lama dikurangi bit yang
diperlukan untuk subnet-ID. Jika dulunya IP kelas B memakai 16 bit untuk
host-ID, sekarang hanya tersisa 8 bit saja.
Mengisi subnet-ID ini dengan bit 1. Sehinggga subnet mask yang baru yaitu:
11111111 . 11111111 . 11111111 . 00000000
132.92.121.1
|
|
10000100
|
01011100
|
01111001
|
00000011
|
255.255.255.0
|
|
10000100
|
11111111
|
11111111
|
00000000
|
AND
132.92.121.0
|
|
10000100
|
01011100
|
01111001
|
00000000
|
|
|
Net ID
|
|
Subnet ID
|
Host ID
|
Dengan adanya subnet mask baru ini, IP address 132.92.121.1 dibaca sebagai
Network ID = 132.92.121
Host ID = 1
Dengan kata lain, 132.92.121.1 ialah host nomor 1, pada jaringan 132.92.121/24.
Berkat subnet mask baru ini pula, satu jaringan kelas B ini akhirnya
menjadi 256 jaringan baru: 132.92.0.xxx, 132.92.1.xxx, 132.92.2.xxx,
hingga 132.92.255.xxx (biasa dituliskan sebagai 132.92.0/16,
132.92.1/16, 132.92.2/16 dan seterusnya).
Dengan teknik diatas, Anda mengalokasikan IP address kelas B menjadi sekian banyak network yang berukuran sama.
Untuk memperjelas hal diatas, berikut ini diberikan beberapa contoh IP address beserta subnet mask dan artinya.
Beberapa contoh subnet mask dan artinya
IP
|
Subnet Mask
|
Network
|
Broadcast
|
Interpretasi
|
Address
|
|
Address
|
Address
|
|
44.132.1.20
|
255.255.0.0
|
44.132.0.0
|
44.132.255.255
|
Host 1.20 pada
|
|
16 bit
|
(kelas A)
|
|
Subnet
|
|
|
|
|
44.132.1.0
|
44.132.1.20
|
255.255.255.0
|
44.132.1.0
|
44.132.1.255
|
Host 20 pada
|
|
(24 bit)
|
(kelas A)
|
|
Subnet
|
|
|
|
|
44.132.1.0
|
|
|
|
|
Host 3 pada
|
81.150.2.3
|
255.255.255.0
|
81.150.2.0
|
81.50.2.255
|
Subnet
|
|
(24 bit)
|
(kelas A)
|
|
81.150.2.0
|
|
|
|
|
|
jika ingin mengkopi artikel ini tolong sertakan sumber nya hargailah yang membuat artikel terima kasih.